Suami Pesanan Wanita
Suami yang kupesan adalah laki-laki yang takut pada Allah. Karena Iblis
pun takut pada-Nya sehingga mereka tak membantah ketika diusir dari
surga. Apalagi seorang laki-laki sholeh yang kupesan untuk menjadi
suamiku…
Suami yang kupesan adalah laki-laki yang jika aku
melihatnya aku akan bersyukur pada Alloh. Karena, lawan dari syukur
adalah kufur… dan aku tidak mau menjadi makhluk terkutuk yang kufur
terhadap suami dan Robb-nya…
Suami yang kupesan adalah laki-laki yang pandai menempatkan diri.
Karena, aku merencanakan membangun keluarga ditengah manusia yang punya
rasa dan mampu menilai sesama…
Suami yang kupesan adalah
laki-laki yang pandai menggunakan lisannya. Karena lisannya yang
kuharapkan mampu menenangkanku dari kegundahan, menghargaiku dari tiap
lontaran pertanyaan dan pernyataan, dan mengingatkanku dari kealpaan dan
kebengkokan jalan…
Suami yang kupesan adalah laki-laki yang
dapat diandalkan. Karena, aku tak mau kelak rumahku lapuk karena air
yang menetes dari genteng bocor yang tak terjamah, atau anakku yang
terserang DBD karena sampah di pekarangan rumah…
Suami yang
kupesan adalah laki-laki yang mau bekerja keras. Karena, ketekunan dan
kesungguhan dalam bekerja adalah ciri seseorang yang menghargai diri dan
hidupnya…
Suami yang kupesan adalah laki-laki yang mapan
ekonominya. Karena aku mencita-citakan keluarga yang sakinah, mawaddah,
rahmah, wa ‘kaya’. Kekayaan yang bisa kami jadikan senjata untuk
mengabdi pada-Nya…
Suami yang kupesan adalah laki-laki yang
menyayangi keluarga. Karena kami memang akan membentuk sebuah keluarga,
bukan penjara apalagi neraka…
Suami yang kupesan adalah
laki-laki yang bisa mencintaiku apa adanya. Karena aku khawatir tidak
mampu menyediakan yang tak ku punya dan tak sanggup mengada-adakan yang
tidak ada…
Tapi,…apakah pesananku itu ada..?
Apakah aku
sanggup membayar harganya…? Karena aku pernah mendengar sebuah kisah :
Suatu saat Umar bin Khattab r.a melihat seorang pemuda yang sholat
dengan sangat cepat dan kemudian berdo’a “Ya Allah… tolong hadiahkan aku
seorang bidadari dari surga.” Mendengar itu kemudian Umar berkata
“Wahai anak muda, sepertinya maharmu tidak cukup untuk membayarnya.”
Tapi ya Allah… aku kan memesan pada-Mu, sang Maha Kuasa pemilik
segalanya. Bukan pada lintah darat atau kapitalis materialistis yang
berorientasi pada harta semata…
Repost dari Blog Sebelah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar