Kali ini aku benar-benar rindu. Sungguh teramat rindu.
Dulu kau mengajariku arti sebuah kata
rindu. Ya, jika sedang rindu bukan pertemuan obatnya. Karena jika kita
bertemu rindu itu tetap saja ada. Bahkan semakin dalam. Itu yang dulu
pernah kau ajarkan. Dan akupun mengiyakan semua itu. Kau pernah
berpesan juga, suatu saat nanti aku pasti merasakan kerinduan yang
teramat dalam. Dan mungkin tepat saat ini aku merasakan itu.
Rindu ini seolah telah menghapus semua
yang telah kau bekalkan selama ini. Tentang sebuah ketegaran, kesabaran,
kemandirian dan kedewasaan.
Tiba-tiba saja aku merasa rapuh. Oh
ibu, kuatkan kembali anakmu ini untuk senantiasa menjadi karang di
tepian pantai yang tetap kokoh menghadapi ombak.
Tiba-tiba saja aku merasa enggan
dengan semua rutinitas disini, penat. Oh ibu, damaikanlah kembali hatiku
agar bisa menjalani rutinitas ini dengan sabar.
Tiba-tiba aku merasa menjadi orang
yang paling lemah. Aku tak mampu berdiri sendiri. Aku ingin pulang. Oh
ibu, rengkuhlah aku dengan doamu.
Tiba-tiba saja aku ingin manja dengan
mu. Merasakan kembali suasana 15 tahun yang lalu. Ketika tangan lembut
mu mengusap kepala ini saat tidur. Merasakan hangatnya pangkuan mu.
Melihat kembali sinar mata yang sangat menenangkan itu. Oh ibu, sungguh
aku menginginkan saat-saat itu lagi.
Aku benar-benar terpejam mengingatnya.
Ibu, biar lah peri malam menyampaikan
salam rindu ku pada mu. Mungkin saat ini, kamu sudah tenang dsana dan lalu menguntaikan doa-doa untuk ku. Aku selalu
percaya sang peri malam punya seribu cara untuk menyampaikan pesan ini.
Lewat mimpi atau dengan menjawab doa-doa mu. Semoga.
Ini juga yang pernah kau ajarkan pada
ku bukan? Sang peri malam tidak pernah lelah untuk menyampaikan salam
sayang rindu seorang anak kepada ibunya, sang peri malam juga tidak
pernah bosan mendengarkan doa-doa tulus seorang ibu untuk anaknya.
Aku sayang kamu ibu. :*
Demi sebuah ilmu, restu mu, dan surga Ilahi aku akan bertahan di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar