Membahas soal Palestina bisa menjadi hal
yang sensitif mengingat banyak orang Indonesia pro Palestina. Seperti
yang saya alami saat menulis tentang Palestina, saya dibully karena dianggap buta mata dan hati terhadap masalah Palestina ini (Artikelnya disini dan disini). Ada yang bertanya referensinya mana menulis hal itu? Jawabannya saya tulis lewat artikel ini biar jelas.
Saya dapat referensi dari buku yang berjudul: The Arab Israeli Dilemma,
selain membaca buku itu, saya membaca banyak artikel di beberapa
website yang berkaitan dengan Palestina, Israel dan zionis baik yang pro
maupun kontra Israel untuk menambah referensi.
Penulis buku itu (diterbitkan 1968) Fred
J. Khouri, dia mendapat gelar BA, MBA dan PHD dari Universitas Columbia
dan dia adalah Professor Universitas Villanova, Pennsylvania. Selama
bertahun-tahun dia mempelajari masalah Timur Tengah. Dia juga sering
melakukan perjalanan ke Timur tengah dari tahun 1958 - 1975 mengunjungi
para pengungsi diskusi dengan para diplomat Arab, Israel, Amerika,
Inggris dll. Dia juga pernah menjadi professor tamu di Universitas
Beirut dari tahun 1961-1964. Buku itu menyajikan sejarah tentang konflik
Arab dan Israel secara objektif, mendetail sesuai fakta dan bukti-bukti
yang dia dapat selama bertahun-tahun mempelajari Timur Tengah.
Buku itu juga sudah merubah pandangan
saya terhadap Palestina yang tadinya radikal 100% pro Palestina jadi
tidak terlalu radikal karena saya sadar apa yang saya yakini selama ini
belum tentu sesuai dengan dengan sejarah dan fakta yang terjadi di
Palestina. Misalnya Selama ini saya mengira Israel menjajah Palestina,
tapi dibuku ini tidak disebutkan demikian. Fred J Khouri cenderung
menyalahkan Inggris atas konflik yang terjadi di Palestina karena 3
alasan yaitu:
1. Sejak tahun 1915 terjadi korespondensi
antara Sir Henry MacMahon (diplomat Inggris yang ditempatkan di Mesir)
dan Hussain bin Ali (Pemuka Hejaz/Mekah). Saat itu Hussain Bin Ali
berjanji membantu Inggris mengusir kekuasaan Ottoman Turki dengan
mengadakan revolusi di Arab dan sebagai imbalan Hussain bin Ali minta
wilyah Arab termasuk Palestina untuk berada dibawah kekuasaannya.
Terjadi kesalah pahaman dalam surat terakhir Henry mac Mahon tgl 13
Desember 1915 disebutkan wilayah mana saja yang bakal diberikan pada
Hussain Bin Ali. Menurut Inggris mereka tidak menjanjikan Palestina pada
Hussain bin Ali tapi sebaliknya Hussain bin Ali yakin Palestina ada
dalam perjanjian tersebut.
2. Sudah berkorespondensi
dengan pemuka Arab tentang pembagian wilayah Arab, diam-diam Inggris
mengadakan perjanjian dengan Perancis pada 16 Mei 1916 untuk
membagi-bagi wilayah Arab mana saja yang bakal berada dibawah mandat
Inggris dan Perancis. Perjanjian itu disebut Sikes - Pycott agreement.
Isi perjanjian itu bertentangan dengan korespondensi yang terjadi
antara Mc Mahon dan Hussain bin Ali. Semula pihak Arab tidak tahu
masalah ini. Baru pada Desember 1917 perjanjian itu bocor karena pihak
Rusia mempublikasikannya.
3. Ironisnya disisi lain
Inggris juga menjanjikan wilayah Palestina pada Israel karena bangsa
Yahudi berjasa pada Inggris. Akhirnya pada 2 november 1917 Arthur James
Balfour yang saat itu menjabat sebagai sekretaris luar negeri Inggris
mendukung pemberian wilayah Palestina pada bangsa Yahudi dan terjadilah
kesepakatan yang disebut deklarasi Balfour. Pada saat
itu Chaim Weizman dijanjikan seluruh wilayah Palestina termasuk yang
saat ini jadi Negara Jordan. Inilah yang dijanjikan Inggris pada bangsa
Yahudi dalam deklarasi Balfour, lihat gambar dibawah:
Berpegang pada deklarasi Balfour itulah
bangsa Yahudi berusaha mewujudkan impian mereka sejak ribuan tahun lalu
untuk punya negara sendiri. Tentu saja bangsa Arab tidak setuju dengan
deklarasi Balfour itu mereka berkeras bangsa Yahudi dilarang mendirikan
negara sendiri.
Belum beres masalah antara Inggris, Arab
dan Yahudi, terjadi perebutan kekuasaan terhadap Hussain bin Ali oleh
Ibnu Saud (yang menjadi penguasa Arab Saudi) akibatnya Hussain bin Ali
terusir ke Trans Jordan dan wilayah trans Jordan yang tadinya diberikan
Inggris pada bangsa Yahudi (lihat gambar deklarasi Balfour) malah
diberikan pada Hussain bin Ali yang membangun negara Jordan disana,
sebagai gantinya bagsa yahudi mendapat wilayah yang jauh lebih kecil.
Itupun masih tidak disetujui bangsa Arab (terutama raja Jordan) yang
menginginkan seluruh wilayah palestina berada dibawah kekuasaannya.
Lihat gambar Palestina yg diberikan pada Israel setelah Trans Jordan
diberikan pada Hussain bin Ali
Untuk mengatasi konflik yang terjadi di
Palestina, akhirnya Inggris menyerahkan masalah Palestina ini pada PBB
lalu tahun 1947 PBB membagi 2 wilayah Palestina untuk Yahudi dan Arab.
Pada 14 Mei 1948 Israel mendirikan negara di wilayah Palestina itu.
Tidak hanya menyoroti kesalahan Inggris, buku ini juga mengupas
kesalahan bangsa Yahudi, Arab, berbagai perang yang terjadi di Palestina
dan konflik lainnya sehingga pembaca bisa menilai apa yang sesungguhnya
terjadi disana.
Dalam buku ini juga digambarkan sepak
terjang bangsa Yahudi dalam mewujudkan impiannya itu sangat rapi, gesit
dan terorganisir sehingga bangsa Arab selalu kalah beberapa langkah
dalam urusan diplomasi. Selain kepiawaian diplomasi kekuatan Ekonomi
bangsa Yahudi mendukung terwujudnya impian mereka punya tanah air,
misalnya pada tahun 1919 -1936 bangsa Yahudi sudah menginvestasikan uang
sebesar USD 400 juta terutama untuk membeli tanah-tanah di Palestina
dari orang Arab. Tahun 1922 bangsa Yahudi menguasai 594,000 dunnums (1
Dunum = ¼ Acre) tahun 1939 mekar jadi 1,533,000 Dunums.
Ketika bangsa Yahudi diberbagai negara
bersatu padu membangun impiannya mewujudkan 1 negara disisi lain bangsa
Arab sibuk berebut wilayah dan kekuasaan, Arab sudah terpecah-pecah
akibatnya ketika negara-negara Arab menyerang Israel yang baru berdiri 1
hari (israel diserang 15 Mei 1948), Israel mampu mengalahkan mereka
dalam perang yang berlangsung sekitar 9 bulan. Kekalahan koalisi negara
Arab itu memicu terjadi pengungsi Palestina yang jumlahnya sekitar 500 -
750ribu tapi masalah itu tidak beres hingga saat ini malah pengungsi
itu jadi berkembang biak dan saat ini diperkirakan ada 5 juta orang
pengungsi.
Disisi lain akibat perang itu, sekita5
850 ribu warga Yahudi dari berbagai wilayah Arab diusir sehingga
tercipta gelombang pengungsi Yahudi ke wilayah Palestina kenapa masalah
pengungsi Yahudi ini bisa terselesaikan dengan cepat sementara para
pengungsi Palestina terkatung-katung? Karena Israel menerima para
pengungsi itu dan menyediakan berbagai fasilitas di Israel. Sementara
ratusan ribu pengungsi Palestina ditolak oleh negara-negara Arab
disekitarnya hanya sedikit sekali yang diterima padahal wilayah
negara-negara Arab itu sangat besar akibatnya mereka beranak pinak di
camp-camp pengungsian dan memicu konflik lain yang semakin memanas
antara Israel dan Arab.
Dampak dari perang itu juga wilayah
Israel jadi membesar 60% dari yang diberikan oleh PBB pada tahun 1947.
Sebagian besar karena ditinggalkan para pengungsi Arab. Ketika perang
usai Israel didesak PBB untuk menerima kembali para pengungsi itu tapi
Israel menolak alasannya karena mereka juga menghadapi masalah para
pengungsi Yahudi yang diusir oleh bangsa Arab.
Banyak yang dibahas dibuku itu tidak
mungkin dibahas satu persatu ditulisan , karena terlalu panjang. . Tidak ada
salahnya kita membaca dari berbagai sumber untuk menambah wawasansumber ; http://media.kompasiana.com/buku/2013/04/22/benarkah-israel-mencaplok-palestina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar