Dampak Penolakan Arab Terhadap Resolusi PBB 1947
Jika menelusuri dari awal sejarah
berdirinya Negara Israel, ada beberapa fakta menarik dan mengejutkan
diantaranya adalah penolakan bangsa Arab terhadap resolusi PBB 1947 dan
penyerangan koalisi Negara Arab terhadap Israel tanggal 15 Mei 1948
hingga terjadi perang Arab - Israel (15/5/1948 - 10/3/1949). Akibat
perang itu timbul masalah yang lebih rumit yaitu para pengungsi
Palestina yang jumlahnya terus bertambah hingga kini.
Sebenarnya rancangan peraturan yang
dikeluarkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang pembagian wilayah
Palestina itu, dibuat sedemikian rupa hingga tidak merugikan pihak Arab
dan Yahudi. Sementara PBB sebagai badan internasional akan membantu
menjaga perdamaiaan diwilayah Palestina sampai semuanya berjalan lancar.
(Baca rancangan peraturan PBB disini).
Selain itu pembagian wilayahnya juga
seimbang, walaupun Israel mendapat 55% dari wilayah Palestina, bukan
berarti tidak adil tapi karena Isrel dapat gurun pasir Negev yang luas
dan tidak produktif. Sementara untuk Arab, walau hanya dapat 45% tapi
mereka dapat wilayah yang lebih strategis dan produktif. Khusus untuk
Jerusalem, tidak diberikan pada Israel atau Arab karena Jerusalem
merupakan kota suci untuk 3 agama (Yahudi, Kristen, Islam) jadi ada
dibawah pengawasan Internasional.
Ketika dilakukan pemunggutan suara oleh
PBB (1947), hasilnya adalah 33 negara pro resolusi, 13 menentang dan 10
Abstain. 13 negara yang kontra resolusi PBB 1947 adalah Afghanistan,
India, Iran, Irak, Lebanon, Pakistan, Arab Saudi, Siria, Turki, Yaman,
Yunani, Mesir dan Cuba. Karena yang setuju lebih banyak daripada yang
kontra, akhirnya warga Yahudi memproklamirkan berdirinya Negara Israel
14 Mei 1948. Lihat gambar rencana pembagian wilayah untuk Israel dan
Palestina dibawah ini:
Hanya sehari setelah Negara Israel
terbentuk, koalisi Negara Arab (Jordan, Syria, Lebanon, Arab Saudi, Irak
dan Mesir) langsung menyerang Israel dari segala arah dengan maksud
melenyapkan Yahudi dari Palestina. Tapi apa daya nasib berkata lain,
Israel berhasil memenangkan perang itu dan akibatnya sekitar 500-750
ribu bangsa Arab Palestina terpaksa keluar dari Palestina dan hidup di
beberapa kamp pengungsian di perbatasan Negara Jordan, Lebanon, Mesir
dll.
Ironisnya Negara-negara Arab disekitar
Palestina, tidak bersedia menyerap para pengungsi itu misalnya dengan
memberi kewarganegaraan, pekerjaan, tempat tinggal sementara dll.
Padahal negara-negara Arab disekitar Palestina itu sangat luas dan
sebagian kaya minyak. Akhirnya para pengungsi itu menumpuk di kamp-kamp
hingga berkembang biak dan beranak pinak dari sekitar 750 ribu tahun
1948 hingga sekitar 5 juta tahun 2013 lalu. (lihat data pengungsi versi
UNRWA - PBB disini).
Setelah perang Arab-Israel selesai tahun
1949, PBB mengeluarkan lagi resolusi tentang hak untuk kembali para
pengungsi yang tertuang dalam paragraph 11 tanggal 11 Desember 1949,
isinya:
Resolved that Refugees wishing
return to their homes and live in peace with their neighbors should be
permitted to do so at the earliest practicable date, and that
compensation should be paid for the property of those choosing not to
return and for the loss or damage to property which, under the
principles of international law or in equity, should made by the
governments or authorities responsible. (*Terjemahan bebas: para
pengungsi yang ingin kembali kekampung asalnya harus diizinkan dan bagi
yang tak ingin kembali, harus diberi kompensasi atas segala kerugian
akibat kehilangan dan kerusakan sesuai hukum internasional dan wewenang
pemerintahan setempat).
Tapi sekali lagi koalisi Negara Arab
menolak resolusi ini karena mereka masih bersikeras menolak resolusi PBB
1947 tentang pembagian wilayah antara Arab dan Israel. Setelah beberapa
bulan kemudian ketika situasi semakin rumit baru Arab menerima resolusi
ini. Setelah Arab menerima, giliran Israel yang menolak hingga
perundingan sangat alot. Israel pernah menawarkan menerima 100 ribu
pengungsi tapi ditempatkan disebar sesuai kehendak Israel. Tapi pihak
Arab menolak hingga masalah pengungsi ini semakin rumit dan tak pernah
ada kata sepakat.
Kenapa Israel keberatan menerima kembali
semua pengungsi Palestina? 1. Karena Israel ketakutan jika mereka semua
diterima akan membahayakan stabilitas negara yang baru dibentuk.
Apalagi sudah terjadi perang dan Israel dikelilingi Negara Arab yang
suatu saat bisa menyerang lagi. (dan itu terbukti tahun 1956, 1967 dan
1973 negara Arab kembali menyerang Israel). 2. Akibat perang Arab-Israel
1948, sekitar 850 ribu warga Yahudi diusir oleh Negara-negara Arab
sehingga menambah berat beban Israel.
Berbeda dengan perlakuan Negara-negara
Arab pada pengungsi Palestina. Para pengungsi Yahudi yang diusir
negara-negara Arab dan mengungsi ke Israel, diserap dengan cara diberi
kewarganegaraan Israel, tempat tinggal sementara dan pekerjaan seadanya
sampai mereka mampu mandiri. Sehingga masalah pengungsi Yahudi ini
lambat laun teratasi tanpa banyak disorot berbagai media massa.
Akhirnya masalah pengungsi Palestina ini
semakin rumit, bertambah banyak dan menimbulkan berbagai masalah baru
yang menambah parah konflik Arab dan Israel. Padahal kalau dulu bangsa
Arab mau menerima resolusi PBB dan membangun negara Palestina sendiri
disamping Israel, mungkin nasib bangsa Palestina tidak akan setragis
ini. Hal itu terbukti dengan nasib 160 ribu Arab Palestina yang saat
pecah perang 1948 tidak mau mengungsi dan tetap tinggal di Palestina.
Apakah Israel memusnahkan warga Arab
Palestina yang bertahan itu? Tidak! Mereka hidup nyaman dan beranak
pinak di Israel. Menurut data sensus Israel hingga tahun 2013, ada
1.658.000 bangsa Arab Palestina yang jadi warga Negara Israel. Mereka
ternyata bisa damai dan hidup berdampingan dengan warga Yahudi. (baca
> Arab citizens of Israel
). Jika ingin melihat video penjelasan tentang Pengungsi Palestina oleh
Danny Ayalon (Menlu Israel yang keluarganya dulu diusir dari Algeria
dan mengungsi ke Israel), silahkan klik link ini > Palestinian Refugees
Tidak ada komentar:
Posting Komentar