Banyak yang bilang, "Menaati
Allah itu susah... berat... terlalu banyak ujian... apalagi, semakin
tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin tinggi pula
ujiannya, ibarat pohon semakin tinggi, maka semakin kencang angin
berhembus... Pokoknya terlalu banyak resiko. Mendingan biasa-biasa
sajalah hidup ini, gak perlu terlalu ekstrem..."
Demikian alasan-alasan insan malas yang seringkali kudengar.
Demikian alasan-alasan insan malas yang seringkali kudengar.
Jika
kita coba renungkan... apakah ujian, cobaan, tantangan dan
semacamnya hanya akan kita hadapi ketika kita menerapkan Islam dalam
hidup kita serta memperjuangkan eksistensinya dalam tiap lini
kehidupan? Jawabnya, TIDAK!
Karena
bagaimanapun cara kita menjalani hidup ini pasti tak bisa lepas dari
ujian, teguran, tantangan, kesulitan dan sebagainya yang kita
rangkai semua itu dengan kata RESIKO.
Ya, resiko. Kita tidak bisa lari darinya. Baik orang kafir, munafik dan mukmin, semua memiliki resiko tersendiri.
Ketika
seseorang memilih menjadi kafir dalam hidupnya, lalu apa yang ia
cari di dunia ini? harta? maka ia akan melewati berbagai tantangan
dan resiko demi memperoleh harta yang ia inginkan. Tentunya, tidak
mudah.
Ketika
seseorang memilih untuk senantiasa bermaksiat kepada Allah, lalu apa
yang ia kejar? kepuasan nafsu? maka Allah telah menyiapkan
kesempitan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. Hidupnya sempit,
bingung, depresi. Semakin menuruti nafsu, semakin sempitlah hidupnya,
meski harta, tahta dan wanita telah memenuhi hidupnya. Mengapa?
Karena dia jauh dari Allah, karena nafsu yang ia turuti adalah nafsu
syetan, maka ia pun jauh dari pertolongan Allah.
Ketika
seseorang memilih untuk menjadi seorang mukmin yang istiqamah...
lalu apa yang ia inginkan? Tak ada hal lain selai Ridha Allah dalam
hidupnya. Maka Allah telah menyiapkan ujian-ujian agar keimanan itu
semakin meningkat serta menjanjikan kebahagiaan yang luar biasa di
akhirat. Lalu apakah ujian itu membuat hidup di dunia ini sempit?
TIDAK! mengapa? Karena Allah Azza wa Jalla akan selalu menemani
hidupnya, menguatkan langkahnya, meneguhkan kedudukannya. Bukankah
Allah telah berjanji dalam hadits Qudsi:
"Hamba-Ku terus mendekati-Ku melalui ibadah-ibadah sunnah sampai Aku mencintainya. Dan ketika Aku mencintainya Aku akan menjadi telinga yang dengannya dia mendengar, Aku akan menjadi mata yang dengannya dia melihat. Aku akan menjadi lidah yang dengannya dia berkata, Aku akan menjadi tangan yang dengannya dia berbuat dan Aku akan menjadi kaki yang dengannya dia berjalan"
Inilah hidup. Dalam hidup terdapat pilihan-pilihan. Mana yang akan kita pilih?
Mengejar harta? sedang harta itu tidak kekal...
Menuruti nafsu syetan? sedang syetan itu adalah musuh yang nyata...
Atau Ridha Allah... Sang Pencipta dan Pengatur hidup kita. Yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya dalam hidup kita....
Maka, dengan ke-MahalembutanNya, Allah berfirman untuk orang-orang yang bertaubat:
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (TQS. Ali ‘Imrân [3]: 13)
Apalagi saya pernah mendengar hadits, kurang lebih isinya:
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang beriman dan beramal shalih,..amiinnKetika seorang hamba mendekati Allah dengan merangkak, maka Allah akan menuju kita dengan berjalan, jika kita mendekati Allah dengan berjalan, maka Dia akan menuju kita dengan berlari, Allah sungguh amat dekat, bahkan lebih dekan dari urat nadi kita, Subhanallah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar