Saat menikah, wanita memiliki harapan
bahwa pernikahannya akan menjadi surga dunia, penuh kebahagiaan dan
keindahan, rumahku surgaku. Namun terkadang kenyataan tak seindah
harapan. Ternyata sifat suaminya tak sebaik yang diperkirakan. Atau
seiring berjalannya waktu, sikap sang suami kepada sang istri menjadi
semakin buruk. Keras, kasar, egois, pemarah, tidak romantis, tidak
bertanggungjawab, suka memukul, tidak punya waktu untuk istri, dan
sifat-sifat buruk lain. Maka akhirnya bisa terbetik penyesalan mengapa
dulu mau menikah dengannya, dan berkata dalam hati: “ANDAI AKU DAHULU
TIDAK MENIKAH DENGANNYA”.
Begitu juga sebaliknya bisa terjadi pada sang suami. Setelah sekian lama
menikah, dan ternyata sikap sang istri tidak sebaik yg diharapkan, atau
sikap istri berubah menjadi buruk seiring berjalannya waktu, bisa
terbetik penyesalan mengapa dulu mau menikah dengannya, dan berkata
dalam hati: “ANDAI AKU DAHULU TIDAK MENIKAH DENGANNYA”.
Maka saat menikah hendaknya benar-benar selektif dalam memilih calon
pendamping hidup, carilah yang benar-benar baik akhlak dan agamanya. Dan
mintalah pertimbangan kepada orang-orang bijak, orang-orang yg paham
agama, bertakwa, serta terpercaya (ustadz, orang tua, tokoh agama
setempat, dll) mengenai sang calon tersebut, agar didapatkan kesimpulan
yang obyektif, bukan hanya subyektif, dan bisa jadi mereka mengetahui
apa yang tidak kita ketahui.
Wasiat untuk suami dan istri:
“Jadilah manusia terbaik! Dimana manusia yang terbaik adalah yang terbaik kepada istri dan keluarganya..”
Wasiat untuk istri:
“Jadilah wanita yang terbaik! Yang bila dipandang menyenangkan dan bila
ditinggalkan menjaga kehormatan dan harta suami. Suami adalah Surga dan
Neraka kita..”
Syarat kriteria seorang lelaki yang baik untuk dipilih ~menurut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam~ untuk menjadi suami ada 2,
yaitu: Agamanya dan Akhlaqnya. Tidak hanya salah satunya, namun harus
keduanya.
Sumber : | Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar