Rabu, 01 Agustus 2012

Antara Hati dan Logika

Sudah merupakan kodratnya kita diciptakan Allah SWT berpasang-pasangan. Dan di antara pasang-pasangan itu ada suatu interaksi yang bersifat primer. Kita tidak dapat hidup sendirian, karana kita adalah makhluk sosial. Dan kita juga tidak dibenarkan egois, karena orang lain juga mempunyai haknya. Dalam interaksi-interaksi sosial khususnya antara lawan jenis, terdapat suatu proses untuk menuju suatu anugrah Allah yang sangat indah. Anugrah yang tak ternilai harganya. Anugrah yang tidak ada tandingannya. Anugrah yang membuat segala sesuatunya menjadi indah. Cinta. Yup….! Itulah cinta. Proses itu tergantung kepada individu yang menjalankannya. Bila kita sudah mencapai puncak proses itu, kita akan terbuai dalam singgasana cinta. Kita akan dimanjanya. Kita akan terlena dalam belaiannya. Perlu kita ketahui bahwasannya terdapat perbedaan prinsip yang mendasar antara laki-laki dan perempuan dalam interaksi cinta ini. Perbedaan prinsip itu sedikit banyaknya juga akan mempengaruhi interaksi tersebut. Namun itu bisa diatasi. Perbedaan itu adalah antara hati dan logika, perasaan dan realita. Dalam interaksinya, laki-laki biasanya lebih cenderung menggunakan logika dan melihat kepada realita. Itulah salah satu yang menyebabkan laki-laki itu jarang menangis dalam urusan cinta. Dalam urusan cinta, laki-laki selalu tegar dan bisa bersifat rasional. Sedangkan perempuan lebih menggunakan hati mereka yang lebut. Hati tersebut memang mempunyai benteng yang kokoh. Tapi bila sudah dapat ditembus, hati tersebut akan benar-benar tunduk. Kelembutan hati dalam urusan cinta sering membuatnya meneteskan air mata. Entah air mata bahagia maupun duka. Dan terkadang karena perasaan yang mendalam itu, lupa akan realita yang ada. Ini bukan pembelaan kepada laki-laki ataupun perempuan. Ini juga bukan diskriminasi antara keduanya. Tapi ini adalah kenyataan yang ada dari sekian banyak kejadian. Ini juga bukan berarti laki-laki tidak punya hati, atau perempuan tidak punya logika. Tapi ini adalah masalah dominasi. Kita tidak bisa memungkirinya. Namun tidak menutup kemungkinan juga ada di antara kita yang tidak demikian. Karena tidak semua orang sama.

Tidak ada komentar: