Minggu, 08 April 2012

Mengapa Ibu menangis ???

Suatu hari, seorang anak bertanya kepada ibunya,
“Ibu, mengapa ibu menangis?”

Ibunya menjawab,
“Sebab ibu adalah perempuan, nak.”

... “Saya tidak mengerti ibu,” kata si anak

Ibunya hanya tersenyum dan memeluk erat
“Nak, kamu memang tidak akan mengerti.”

Kemudian si anak beranya kepada ayahnya
“Ayah, mengapa ibu menangis?”

“Ibumu menangis tanpa sebab yang jelas,” sang ayah menjawab
“Semua perempuan memang sering menangis tanpa alasan.”

Si anak membesar menjadi remaja dan ia tetap terus bertanya-tanya, mengapa perempuan menangis?
Hingga pada suatu malam, dia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan,

“Ya Allah, mengapa perempuan mudah menangis?”

Dalam mimpinya dia merasa seolah-olah mendengar jawabannya :

“Saat Ku ciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.
Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk manahan kepala bayi yang sedang tertidur.”

“Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan bayi dari rahimnya, walau berulang kali kerap menerima cerca dari si bayi apabila ia telah membesar”

“Kuberukan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang putus asa”

“Kuberikan kesabaran jiwa untuk merawat keluarganya walu ia sendiri letih, walau sakit, walau penat, tanpa berkeluh kesah”

“Kuberikan wanita perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam apapun jua keadaan dan situasi. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memeberikan kehangatan pada anak-anak yang mengantuk menahan lelap. sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.”

“Kuberikan pada wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sukar dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukankah tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?”

“Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyedarkan bahwa suami yang baik adalah yang tidak melukai istrinya. Walau sering kali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.”

Ini bukan kelemahan bagi wanita, karena sebenarnya air mata ini adalah “air mata kehidupan”.

Tidak ada komentar: