“Baiklah, tunggulah nanti kalian akan
mengetahui sendiri.” Kata sang guru sambil melanjutkan perjalan. Para
murid pun heran, kenapa meneruskan perjalaan padahal mereka belum tahu
jawabannya. Dari mana mereka akan mendapatkan jawaban tersebut, mereka
bingung. Tak habis pikir panjang, mereka mengikuti sang guru meneruskan
perjalanan.
Singkat cerita, mereka pun kembali lagi.
Ternyata sang guru tak memilih jalan lain, mereka melewati jalan mereka
lalui waktu berangkat tadi. Alangkah terkejutnya mereka, mereka melihat
sekawanan anjing lagi. Kini mereka melihat anjing-anging itu saling
berkelahi satu sama lain. “Apa yang kalian lihat?” Tanya sang guru
membuka percakapan sambil berjalan.
“Guru, anjing-anjing itu berkelahi!
Apakah yang kita lakukan?” kata seorang muridnya. Sang guru menjawab
dengan tenang singkat dan tenang, “Mengambil pelajaran.”
“Mengambil pelajaran?” tukas murid tadi keheranan.
“Benar. Bukankah kita sekarang sedang
belajar. Belajar dari kejadian itu lebih mengena daripada belajar dari
mulut seseorang.” Kata sang guru. “Kalian perhatikan anjing-anjing itu
tadi tampak akrab dan bersahabat, tapi kini mereka berkelahi. Mengapa?
Karena tadi tidak ada sesuatu yang diperebutkan. Tidak ada makanan atau
tulang. Tapi sekarang ada tulang yang membuat mereka berkelahi
memperebutkannya. Kita pun tak jauh dari mereka.”
“Kita seperti mereka?” Tanya murid tadi.
“Benar! Renungkanlah, ketika di hadapan
manusia ada makanan yang bisa diperebutkannya maka mereka berebut agar
mendapatkannya, bahkan kalau bisa, ini yang lebih ngeri lagi, inginnya
makanan itu dia caplok sendiri tanpa memperhatikan orang lain. Juga
ketika ada jabatan dan kedudukan, banyak orang yang memperebutkannya
dengan cara apapun. Bahkan dengan mengobral janji gombal pun mereka
berani lakukan.”
“Tak hanya orang di zaman kita saja.
Sungguh, di zaman generasi terbaik pun pernah terjadi. Kalian ingat
ketika terjadi perang Uhud? Bukankah ketika itu muslimin sempat
terkecoh, bahkan berebut ghanimah yang sudah di depan mata. Pasukan
pemanah yang ditugaskan Rasulullah agar tetap di atas gunung dengan
kondisi dan apapun yang terjadi itu ternyta turun untuk berebut
ghanimah!”
“Akhirnya apa yang terjadi?” Tanya sang guru.
“Diserang dari belakang hingga
kocar-kacir. Kemenangan yang sudah di depan mata jadi hilang sekelebat
mata! Itulah yang terjadi.” Jawab sang guru sendiri. “Beda waktu mereka
di perang Badr, jumlah mereka yang sedikit itu malah membuat mereka
bersatu dan akrab dan tak ada rasa ingin mengalahkan sesama. Akhirnya
mereka memperoleh kemenangan yang gemilang. Subhanallah!”
“Inilah pelajaran yang kita dapat dari
anjing-anjing yang berebut tulang sampai berkelahi itu. Mungkin kalian
anggap anjing-aning tadi remeh, tapi kita dapat mengambil pelajaran dari
mereka” Sang guru menutup perkataannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar