Selasa, 03 Juli 2012

Antara Syukur & Kufur

Jika manusia mau sedikit merenung dan berpikir lebih dalam, maka manusia akan menemukan sebuah kenyataan bahwa Allah SWT lebih banyak memberi mereka nikmat dibandingkan cobaan, penderitaan, kesulitan, dan sejenisnya yang manusia anggap sebagai sesuatu yang tidak enak atau tidak nyaman. Allah SWT berfirman: “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allâh, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allâh)”. (QS Ibrahim: 34) Maka, jikalau manusia mengingat dan mencoba menghitung nikmat Allah SWT, niscaya manusia tidak pernah mampu berhenti untuk mensyukuri nikmat Allah yang telah Allah berikan. Seluruh tumbuhan dan air lautan dijadikan sebagai pena dan tinta tidak akan cukup untuk menulis nikmat Allah. Sepanjang umur manusia seharusnya dipenuhi dengan rasa syukur, bahkan mungkin seluruh umur manusia tidak akan cukup untuk mensyukuri nikmat Allah yang sangat banyak. Pernahkah manusia menanyakan harga Oksigen di Apotik? Jika belum tahu, harganya ± Rp 25.000/ltr. Pernahkah manusia menanyakan harga Nitrogen di apotik? Jika belum tahu, harganya ± Rp 9.950/ltr. Tahukah, bahwa dalam sehari manusia menghirup 2880 ltr Oksigen & 11.376 ltr Nitrogen. Jika harus dihargai dengan rupiah, maka Oksigen & Nitrogen yang kita hirup, akan mencapai kisaran ± Rp170.000.000 / hari / manusia. Jika kita hitung kebutuhan manusia sehari (untuk bernafas saja) Rp. 170 jt, maka sebulan Rp. 5,1M / orang. Tapi, kebanyakan manusia lebih ‘fokus’ dalam menyikapi cobaan, penderitaan, kesulitan, dan yang sejenisnya, sehingga hal itu terlihat seolah begitu besar. Kita sering mendengar, banyak manusia yang mengatakan “masalahku numpuk”. Tapi kita sangat jarang mendengar manusia mengatakan “nikmatku (dari Allah) numpuk”. Kemudian, karena terlalu memikirkan (mungkin lebih tepatnya meratapi) hal yang dianggap besar tersebut (sampai terbayang-bayang tiap jam, tiap menit, tiap detik, bahkan saat sedang sembah sujud padaNya), nikmat-nikmat dari Allah SWT yang begitu banyaknya bertaburan sering kali tertutupi begitu saja oleh ‘bayangan’ cobaan/penderitaan/kesulitan yang sebenarnya tak seberapa namun terlalu berlebihan dalam menyikapinya. Padahal bisa saja cobaan/penderitaan/kesulitan yang mereka alami adalah buah dari kelakuan manusia yang tidak sesuai dengan perintah Allah SWT, sunnah nabi Muhammad SAW, atau asas sebab-akibat. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: “Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”. (QS. Al Mukmin: 40). Perhatikan juga dengan seksama firman Allah SWT berikut ini: “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS. An Nissa: 79)

Tidak ada komentar: